Rabu, 27 Februari 2008
Meninggalkan "si Perawan"
5 menit melewatiku di depan meja
Memegang pena, terjepit telunjuk dan jempolku
Berhadapan selembar kertas, menatapku tajam
Putih, bersih, kosong, hampa
Pena ingin menari, gemulai
Menjadi lakon hari ini, ditengah sebatang rokok dan komik
Kertaspun mengajakku menoreh kata (menarik pikiranku hingga hampir ku jatuh)
10 menit waktu berjalan, pergi entah kemana
Masihku disana, masihpun bersih secarik kertas
Mencoba menuang mimpi, masa depan harapan
Memori, ingatan lampau, kenyataan lalu
Keberhasilan, pujian senyum kemenangan
namun sia-sia, masih kosong, tetap bersih
Jam berdentang sekali, bergema di sunyi malam
Tak ada merdu, melintas tanpa arti
Nyamuk berlalu lalang , menyiapkan pesta,
memanggil serdadu, menangkap diriku, tawanan
Cicak menonton, tertawa geli
menikmati pop corn sambil melirik rombongan serdadu sekali-kali
Angin dingin menyapa sukma, lenyap dan berlalu
Masih perawan secarik kertas, tetap sama
Seakan tangan ingin menyimpan
Tak ingin menodai dengan garis dan coretan
Tetap bersih, kosong
Hampa,,,
Meninggalkan "si perawan"
Bersembunyi dari serdadu di benteng selimut
Menulis dan melukis dimensi alam khayal
Mewarnai langit dengan 13 warna
Syair pujangga melantun mesra untuk bidadari
Tragedi Pagi
Sedang asikku menyetrika, seasik memetik dawai gitar
memanasi berlapis-lapis impian pagi ini, Menatanya
Sepotong demi sepotong baju, celana
Pelindung hidup dari terik panas
Berbaris, mengantri
Diatas selimut
Mengalir bagai air, lancar
Merapikan untai harap yang tercerai berai
Lalu menyimpan di almari hati
Sepotong terakhir, parasut
Putih , bersih, sedikit noda
Satu setrika berayun terlalu terburu-buru
Bagai ingin merampas jaketku
Seakan perompak berebut sekeranjang emas
Cepat, sekedip mata
PLUK....Lubang tercipta
Apadaya, panas tak tertahan memakan jaketku
Betapa o'on diri ini
Nasi telah menjadi abu
Kayu telah menjadi bubur
Terlanjur sudah....
Ah SiaL..! Diancuk..!
memanasi berlapis-lapis impian pagi ini, Menatanya
Sepotong demi sepotong baju, celana
Pelindung hidup dari terik panas
Berbaris, mengantri
Diatas selimut
Mengalir bagai air, lancar
Merapikan untai harap yang tercerai berai
Lalu menyimpan di almari hati
Sepotong terakhir, parasut
Putih , bersih, sedikit noda
Satu setrika berayun terlalu terburu-buru
Bagai ingin merampas jaketku
Seakan perompak berebut sekeranjang emas
Cepat, sekedip mata
PLUK....Lubang tercipta
Apadaya, panas tak tertahan memakan jaketku
Betapa o'on diri ini
Nasi telah menjadi abu
Kayu telah menjadi bubur
Terlanjur sudah....
Ah SiaL..! Diancuk..!
Ingin kusembelih setrika itu
Lalu kumakan kemudian
Kuambil sendok, bukan memakan
Kugaruk punggungnya
Mencari sisa-sisa nafas kenangan jaketku
Semoga aku masih bermimpi..
Kutampar pipi, kucubit tanganku..
Ternyata kenyataan...
ANJING..!!!!!!!
Lalu kumakan kemudian
Kuambil sendok, bukan memakan
Kugaruk punggungnya
Mencari sisa-sisa nafas kenangan jaketku
Semoga aku masih bermimpi..
Kutampar pipi, kucubit tanganku..
Ternyata kenyataan...
ANJING..!!!!!!!
Sabtu, 23 Februari 2008
Memori SMA
Kata orang, aku pintar
Cerdas diatas rata-rata
Bukan menyombong maksud untuk
Merajut asa
Akupun kembali
..Tersenyum
Cerdas diatas rata-rata
Bukan menyombong maksud untuk
Aku tak lulus
Ku tak berhasil
Terdiam mereka
Entah apa dirasa
Aduh kasian...
Kok bisa sih...?
Rasain kamu...!
Uh....
Anjing...!!!
Ku tersenyum merintih
Kencang jantung berdegup
Perasaan jatuh, terlunta, Menangis hati
Akupun kembali
..Tersenyum
Jumat, 22 Februari 2008
Mabuk
Habis
Bidadari
Kamis, 21 Februari 2008
Pemburu Keabadian
Cerita Puisi (mukadimah)
Langganan:
Postingan (Atom)